baca novel online romantis

      Bunyi alarm membangunkan ku untuk segera ke tempat kerjaku, bekerja sementara sebagai panitia penyelenggara event  menuntutku agar bisa bangun lebih awal, saya bersiap untuk ke tempatku kerja, mengendarai motor kesayanganku, sesampainya disana, seseorang kulihat sudah berada di depan menunggu untuk masuk kedalam, “siapa dia ?”... tanyaku pada diriku sendiri, aku mendekatinya yang sedari tadi ku lihat duduk di depan toko event yang ku selenggarakan dengan temanku di gelar, awalnya aku hanya melewatinya dan segera masuk kedalam, sambil menyiapkan id card ku sebagai panitia, suara seseorang memanggilku dari blakang.

“yusuf…” panggilnya lantang menyebut namaku.

      Aku menoleh kearah suara itu aku melihat sesosok seorang yang begitu spesial dalam hidupku di masa silam, dia yang mengajariku bagaimana rasanya jatuh cinta pertama kali, mengajariku caranya berjuang dan sekaligus membuatku merasakan sakitnya di abaikan begitu saja dan di tinggalkan dengan luka hati yang teramat, kenapa dia datang kembali ?, apakah belum puaskah dia mencampakkanku saat itu lalu pergi bersama pria yang katanya lebih mengerti segala hal tentang dia… tiba tiba saja sesuatau menarikku masuk kedalam lorong waktu, aku melihat aku yang dulu masih SMA, saat itu aku masih duduk di bangku kelas 2 SMA semester 2 tahun 2015 tepat jam pulang sekolah, aku mengenalnya, gadis yang sangat ceria, humoris dan mampu membuat sekitarnya begitu ramai, Diah Ananda itulah namanya, gadis yang ku kenal yang mungkin karena semesta memang menghendaki kami untuk berkenalan. apa yang membuatku begitu jatuh cinta padanya dulu, entahlah aku juga tidak mengerti mengapa sampai aku bisa sebegitu cinta padanya, berjuang sedemikian hebatnya, berusaha serumit mungkin agar dia bahagia dan akhirnya diapun bersama pria yang dengan mudahnya dia katakana “aku lebih bahagia bersamanya”, sejak hari itu aku seakan tidak lagi ingin berjuang sedemikan kerasnya dan menlakukan proses serumit apapun untuk membahagiakan orang selain diriku sendiri.
kini lorong waktu melemparku keluar dari dalam, menerima kenyataan bahwa orang yang ada di hadapanku memang sempat membuatku setengah mati karena cinta.

“nanda…” sapaku heran

“iya ini aku… nanda…ysusuf”

“k-kamu apa kabar….” tanyaku agak canggung karena sudah hampir 2 tahun kami tidak bertemu
.
“baik kok… kamu sendiri bagaimana Yusuf”

“baik kok nanda…kamu ngapain di sini ?”

“cuman jalan jalan aja, trus kata teman ku ada event pameran buku disini yah jadi fikir ngak apa apa untuk singgah sebentar untuk lihat lihat.. eh dan kebetulan ketemu kamu disini..”

“oh yah… hahaha kebetulan sekali…” balasku dengan sedikit tertawa

“kamu sendiri ngapain disini…”

“nih….”sambil memperlihatkan ID cardku sebagai panitia penyelenggara “ aku disini jadi panitia… bantu bantu teman…”

“oh yah…. bagus dong kalau gitu” dengan nada sedikit kencang yang ku kira dia kagum “ brarti nanti didalam kamu temani aku yah jalan jalan di dalam sana…”

“hmmm… gimana yah, kalau ngak sibuk aku ajak keliling nanti di dalam”

“ya udah aku tunggu dimana ? di sini apa dimana ? biar nanti pas kalau sudah ngak sibuk lagi kamu panggil aku buat masuk… atau kamu ada ngak kontak yang bisa ku hubungi… sudah lama loh kita ngak saling komunikasi…”

“ini nomorku..” sambil menyodorkan handphoneku padanya

“iya, kalau sudah aku mau masuk duluan… persiapan untuk buka..”

"ya sudah aku catat yah…”

“ya udah cup… makasih yah, senang deh bisa ketemu kamu lagi…”
mendengarnya berkata demikian, aku mungkin tahu maksud dari kata senang deh bisa ketemu kamu lagi, yah aku tahu dia jelas, sifat dan semua kata katanya yang dia ucapkan, jika dia berkata sedemikian ada maksud tertentu dan ku yakin ini bukanlah suatu kebetulan, aku bisa bertemu lagi dengannya disini, yang terakhir kali pas kami lulus SMA dia pindah ke tanah jawa ikut dengan ayahnya, dan tak pernah lagi berkabar, dan lalu tiba tiba muncul begitu saja di sini, aneh. 

aku bersiap untuk membuka event ini, menyusun queu line dan menyiapkan apa yang perlu disiapkan dan 5 menit sebelum event buka, hendrik datang di susul dengan Rian, fandi, dan titin.

“ah lu darimana Drik…? lama amat datangnya”

“ah sorry cup, tadi malam lupa nyetel alarm yah jadinya kesiangan gini, trus tadi pas di di depan gw ketemu ama nanda cup.. nanda…” hendrik kegirangan

“tau kok aku, tadi sempat minta nomor handphoneku, katanya mau di temanin dia killing event ini buat liat liat…”

“ah kenapa ngak disuruh masuk aja langsung…”

“nanti biar aku aja yah cup yang nemenin nanda…” kata hendrik sambil cengegesan.

     aku tahu hendrik waktu SMA juga suka dengan nanda… tapi saat dia tau aku juga suka sama nanda,  hendrik mengalah untukku "persahabatan lebih penting" katanya lalu menyemangatiku berjuang untuk mendapatkan nanda, malah dia membantuku untuk bisa jadian sama nanda, tapi yah, nanda malah jadian dengan orang lain, kan bangsat.

“yah dia bilang tunggu aku ngak sibuk baru dia mau masuk….”

 untuk sekarang saat dia hadir, ku fikir akan ku biarkan agar sahabatku hendrik nanti yang akan menemani nanda dan sekarang aku yang akan menyemangatinya.

”iya Drik.bebas dah..dah open nih ? udah banyak orang tuh di luar…”

“ok cup open…” katanya dengan semangat…

     event kami ini hanyalah event untuk pengumpulan dana, dan apa bila nantinya event ini selesai keuntungannya bakalan kami sumbangkan ke panti asuhan dan membaginya pada fakir miskin yang ada di jalan, para pengunjung mulai masuk, memenuhi ruangan, mencari buku yang mereka sukai, di antara banyaknya orang, Sheila hadir lagi, dan untuk yang satu ini, aku tidak tahu kenapa merasa bahagia tidak karuan.

“Shiela…”

“hay yusuf….”

“sendirian ?”

“iya….”

“Winston kemana ? di luar yah ? suruh masuk sini”

“enggak….winston ngak bisa nemenin… yah jadi aku sendirian kesini, katanya nanti pas mau pulang dia jemput….”

“oh gitu… ayuk ku temani keliling… kali aja ada buku yang kamu suka selain yang kemarin kamu cari…”

tawaranku tidak lagi peduli keaadanku, sibuk ataupun tidak, itu tidak berlaku sekarang, alasan itu tidak  lagi berarti, prioritasku kini membahagiakan Sheila

”ngak sibuk emang ? inikan baru di buka….”

“enggak apa apa, ada Hendrik kok… oh iya kamu belum kenalan sama teman temanku yah…kamu mau kenalan ngak sama mereka… baik kok orangnya”

“nanti ah…. nanti mengganggu…”

“ngak apa apa….hayuk ku kenalin dulu, abis itu kita keliling….”
nasib baik mereka berempat ngumpul dan ngobrol jadi gampang buat ngenalin Sheila.

“ TiTin,Drik, Andi, Ian kenalin, ini Sheila”

“siapa ini Yusuf, ah Yusuf mulai nakal nih yah bawa bawa anak orang…” kata titin setengah mengejek…

“nakal nih ucup yak…..” kata Ibo dan dibalas anggukan saja sama andi dan ian.

“hhahaahaha….apaan sih bro… Sheila… yang cewek namanya Titin,…

“hay Sheila… Titin… panggil itin, ntin, bebas kok…” kata titin sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman

“hay… Sheila…” katanya sambil menyambut tangan titin.

“nah yang kribo namanya hendrik… yang pendiam itu Rian… yang ini fandi” lanjutku cepat menyebutkan nama mereka satu satu

“halllo…senang bisa kenal kalian”

“hallo juga Sheila…” balas mereka bertiga yang hampir bersamaan.

“udah kenal…?”

“hu’uh…” dia mengangguk tanda iya

“ hayuk pulang kalo gitu…”

“loh…katanya tadi mau killing” katanya kaget…

“becanda kok… ya udah keliling hayuk… bro… bentaran yah…”

“sip… ati ati…” kata Hendrik sambil ketawa.

"ati ati kenapa Hendrik, kan cuman di sini pekok”

“ yah aku ngasih tau Sheila…hati hati yah Sheila….hahahaha”

“iya kak….hahahaha”

“hahaha seterah mu lah Hendrik… hayuk Sheila..”
aku dan Sheila berjalan meninggalkan  semuanya… menemani Sheila berkeliling dan singgah di kedai kopi… depan event ku berlangsung…

“kamu mau apa ?”

“samain aja” kataku pasrah. karena jarang sekali aku rasakan pahitnya kopi itu

“ya udah  tunggu yah…”
dia pergi dan aku memilih meja untuk kami berdua. beberapa menit kemudian waiters datang membawa 2 cangkir cappucino pesanan tadi.

“yusuf, besok jadikan nemenin ke toko buku yang kamu bilang kemarin ?”

“ya jadi  masa sudah janji tapi ngak di tepatin”

“jam brapa yusuf mau perginya besok..”

“nanti ku jemput ?”

“eh jangan “

“kenapa jangan ?”

“yah jangan aja”

“ya udah besok ketemuan disini aja jam 2 siang, gimana ?”

“ ok deh” dengan tingkah yang menggemaskannya, ku kira saat ini dia baru lulus SMA

“oh iya sheila, kamu sejak kapan suka baca buku ?”


“kapan yah, waktu SMP Mungkin, pas ibuku meninggal. ibuku punya banyak buku jadi aku baca buku buku ibuku, dan dari situlah aku suka membaca buku,” katanya sedikit murung ku lihat

“shiela… maaf…” aku yang ngak enak hati karena sudah bertanya seperti itu “kenapa juga harus bertanya seperti itu, bodoh dasar bodoh”  batinku sambil mencaci pada diriku sendiri.

“maaf kenapa….” secuat senyum hadir dalam kemurungannya

“sudah bertanya sampai kamu ingatdengan almarhum ibumu”

“ah enggak apa apa kok, santai saja, hidup jangan terlalu di bawa tegang sedih jangan terlalu 
berlarut larut, yang pergi biarlah pergi, aku sudah ikhlaskan dia bersama sang pencipta, dan yang menetap harus kita perjuangkan agar bisa tetap bahagia dengan kita.”

pemikiran yang dewasa sekali, aku kagum dengannya aku yang dari tadi mendengarkannya hanya diam ngak tau mau bilang apa, rasa kagumku bercampur aduk dengan sesuatu yang terus menggebu dalam dadaku

“yusuf, pernah sayang sama orang ?”

“hmmm. pernah”

“sampai sekarang masih sayang tidak sama dia ?”

“untuk itu aku tidak tahu bagaima perasaan ku untuknya….tapi jika memang saya bisa bertemu 
dengan orang yang saat ini bisa menghilangkan segala keraguanku untuk kembali mencintai…. saya 
akan berjuang bagaimanapun agar dia benar benar bahagia” aku mengambil rokok dan korek yang ada di kantongku mengambil sebatang dan mau menyalakannya.

“yusuf merokok ?”

“ kenapa ?”

“enggak apa apa kok….”

“kamu ngak suka orang yang merokok ?” sambil ku matikan rokok yang sudah kunyalakan tadi

“hu’uh… untuk apa menghisap ribuan bahan kimia dan membelinya mahal mahal… sama saja kita membeli penyakit…”

“kok aku ngeri yah dengarnya...” kataku sambil tersenyum melihat Sheila berkata sedemikian.

“makanya aku ngak suka kalau ada orang ngerokok di dekat aku…”

“aku usahain ngak ngerokok di dekatmu…”

akupun membuang rokok yang tadi ku matikan…

“yusuf suka membaca ?”

“iya aku suka membaca, situasi, buku rekening, sama baca doa”

“ih, hahahahaha kok gitu sih hhahahaha” nyentil tanganku yang ada di atas meja

“kan itu semua membaca”

“iya tapikan maksudku membaca buku hahhahah”

“iya aku suka kok membaca buku, buku masak”

“ah yusuf ih” katanya sambil tertawa lagi dan lagi

“iya iya, suka kok kenapa ?”

“buku apa saja yang pernah yusuf baca ?”

“banyak, tapi ada yang paling ku suka, bukunya itu berseries dan semua jenis buku yang seperti 
itulah yang ku suka. Contohnya Supernova karya Dee lestari, itu salah satu favoritku Sheila juga coba aja baca itu pasti bakalan suka ceritanya bagus ada 6 series”

“oh yah ?!" katanya dengan begitu bersemangat "nanti aku baca kalau dapat bukunya sih”

waktu berdenting secepat cahaya kurasa, belum lama kami mengobrol dan sekarang hari sudah sore, Winston sudah menelfon Sheila menunggu di depan untuk menjemput sheila. "oh tuhan kenapa begitu cepat waktu ini!" kesalku membatin.

“yusuf… Winston udah di depan… aku duluan yah…”

“iya Sheila… hati hati yah…. “

“bye….” sambil melambaikan tangannya di sertai senyumnya…
  

     Senyumnya di kala senja hari ini mungkin bakalan membuatku terus membayangkannya setiap malam, maaf Sheila aku memikirkanmu tanpa sepengatahuanmu dan tanpa pernah meminta izin aku berusaha untuk bisa masuk ke hatimu, Sheila...aku jatuh cinta, tapi apakah jatuh cintaku ini adalah sebuah kesalahan atau memang sudah benarkah aku mencintaimu, tapi aku ingin kamu tahu bahwa benar aku jatuh cinta.

      Saat aku masuk kedalam kudapati nanda yang berbicara dengan hendrik dan aku senang melihatnya, sampai dia melihatku lalu datang menghampiriku.

“dari mana saja ? di telfon kok ngak aktif”

“handphoneku mati… ini baru mau di charge… kenapa ?”

“katanya mau nemenin aku kalau udah ngak sibuk…”

“sama hendrik dulu yah” aku memanggil hendrik untuk datang “Hendrik sini bentar Drik”
hendrik datang ke arahku

 “kenapa cup?” tanya hendrik heran heran. 

“nih nanda mau keliling katanya, kamu temenin yah ada keperluan mendadak aku”

“hayuk nanda”

“kan tadi kamu udah janji yusuf mau nemenin aku, kok malah nyuruh hendrik”
hendrik menatapnya heran sekaligus menatapku seperti itu

"ya udah, ya udah, ayo maaf hendrik ngak jadi”

“ngak apa apa kok santai aja” hendrik pergi dan meninggalkan kami berdua

“ayuk nanda”

hening beberapa saat dan aku terus memohon pada tuhan agar ini cepat selesai, sampai nanda mulai berbicara.

“sudah brapa lama yah yusuf”

“hah.. apanya ?” sahutku heran…

“terakhir kita jalan kek gini…”

“hahahaha entahlah nanda… aku tidak begitu ingat….”

“tapi kamu bahagia tidak kita bisa jalan kek gini lagi ?”

“bahagia ?”

“iya… jalan berdua… bahagia tidak cup ?”
mendengarnya melontarkan kata bahagia, dalam hati aku berkata  “kapan juga kita pernah bahagia 
bersama, kamu sendiri yang dulu bilang kalau kamu tidak pernah bahagia jika bersamaku”

“Yusuf kamu masih marah dan kecewa yah sama aku  soal waktu itu ?”
seketika aku merasa sesuatu menggejolak dalam hati, semacam rasa memberontak karena mendegar apa yang dia ucapkan,langkahku berhenti.

“nanda,kamu masih saja bertanya aku masih kecewa dan apa aku masih marah padamu soal kejadian waktu itu,  kau sedang berpura pura atau memang  bodoh?” 

“Yusuf, kok kamu gitu, kata katamu jahat banget” dia kelihatan begitu ketakutan sekarang.

“jahat nanda ? kamu bilang aku jahat… siapa yang jahat aku atau kamu… aku yang berjuang untuk satu hati saat itu, dan dengan gampangnya kamu berpaling pada hati yang baru kamu kenal itu… dan kamu bilang aku jahat ? jika memang kamu menganggap aku jahat… biarlah aku jahat di matamu… memang seperti itukan… serumit apapun aku ingin membuatmu bahagia toh, tetap saja kamu tidak akan pernah bahagia denganku.”

      Satu tamparan nanda mendarat tepat di pipi kananku, keras bunyi  tamparannya membuat para pengunjung menoleh kearah kami berdua,mata nanda mulai berkca kaca, beberapa detik kemudian dia tidak mampu lagi menahan air mata yang kini menyucur di pipinya, dia berlari meninggalkan aku yang masih kurasa tamparan nanda yang membuat pipiku terasa begitu perih, di tengah keramaian orang, dia menamparku karena sebuah fakta yang aku katakan dan itu benar terjadi,  dan kini aku berjalan meninggalkan keramaian yang tadi menoleh kearah kami berdua, kulihat nanda yang bergegas mengambil barangnya yang tadi dia titip di meja panitia, menghiraukan hendrik dan semua kawanku yang berusaha bertanya “ada apa” yang mengharapkan nanda mau cerita apa yang terjadi, tapi nanda tidak menghiraukan mereka semua, dan lekas pergi dari tempat ini, aku dan nanda berpapasan,. tanpa mengangkat lagi mukanya, tanpa mau melihatku lagi, dia pergi, hendrik yang heran dengan apa yang terjadi bertanya padaku apa yang sebenarnya terjadi, aku hanya diam, tak satupun pertanyaan dari hendrik yang aku jawab,. sampai event selesai hari itu, aku hanya diam di tempatku, membaca apapun yang mungkin bisa membuatku lupa dengan apa yang terjadi tadi sore.

      Sesampainya aku di kosku yang kecil, tamparan sore itu masih terasa 
“beginikah rasanya menyakiti seorang wanita beginikah rasanya di tampar oleh wanita yang kita buat marah ? apakah aku salah berkata demikian tapi yang ku katakan adalah fakta dan memang itulah yang terjadi”aku membatin.

      Aku meraih handphoneku yang ku letakkan di atas meja, melihat notifikasi dari Sheila, dan beberapa panggilan tak terjawab tadi sore dari nomor nanda ku kira, ku buka satu per Satu kudapati pesan Sheila kalau dia ingin bertemu malam ini di tempat tadi, aku menghambur dan segera menaiki angkot ke tempat tadi kami berpisah.


Post a Comment

Previous Post Next Post